Sistem panas bumi (geothermal
system) secara umum dapat diartikan sebagai sistem penghantaran panas di
dalam mantel atas dan kerak bumi dimana panas dihantarkan dari suatu sumber
panas (heat source) menuju suatu tempat penampungan panas (heat sink).
Dalam hal ini, panas merambat dari dalam bumi (heat source) menuju
permukaan bumi (heat sink).
Sistem panas bumi
yang terpengaruh kuat oleh adanya uap dan atau air
panas dikatakan sebagai sistem hydrothermal.
Sistem ini sering berasosiasi dengan pusat vulkanisme atau gunung api di
sekitarnya. Jika fluida magmatik dari gunung api lebih mendominasi sistem
hidrotermal, maka dikatakan sebagai sistem vulkanik hidrotermal (volcanic
hydrothermal system). Sistem panas bumi dapat berada pada daerah
bermorfologi datar (flat terrain) dan dapat pula berada pada daerah
bermorfologi curam (step terrain). Di Indonesia, sistem panas bumi yang
umum ditemukan adalah sistem hidrotermal yang berasosiasi dengan pusat
vulkanisme pada daerah bermorfologi step terrain.
Selain sistem hidrotermal, terdapat pula jenis lain dari sistem panas bumi, seperti: hot dry rock system, geopressured system, heat sweep system.
Selain sistem hidrotermal, terdapat pula jenis lain dari sistem panas bumi, seperti: hot dry rock system, geopressured system, heat sweep system.
Komponen-Komponen Sistem Panas Bumi
Komponen sistem
panas bumi yang dimaksud di sini adalah komponen-kompenen dari sistem panas
bumi jenis hidrotermal, karena sistem inilah yang paling umum ditemukan di Indonesia.
Sistem hidrotermal didefenisikan sebagai jenis sistem panas bumi dimana
transfer panas dari sumber panas menuju permukaan bumi adalah melalui proses
konveksi bebas yang melibatkan fluida meteorik dengan atau tanpa jejak fluida
magmatik. Fluida meteorik contohnya adalah air hujan yang meresap jauh ke bawah
permukaan tanah.
Komponen-komponen
penting dari sistem hidrotermal adalah: sumber panas, reservoir dengan fluida
termal, daerah resapan (recharge), daerah luahan (discharge) dengan
manifestasi permukaan.
1. Sumber Panas
Sepanjang waktu panas dari dalam bumi
ditransfer menuju permukaan bumi dan seluruh muka bumi menjadi tempat
penampungan panas (heat sink). Namun begitu, di beberapa tempat energi
panas ini dapat terkonsentrasi dalam jumlah besar dan melebihi jumlah energi
panas per satuan luas yang rata-rata ditemui.
Gunung api merupakan contoh dimana
panas terkonsentrasi dalam jumlah besar. Pada gunung api, konsentrasi panas ini
bersifat intermittent yang artinya sewaktu-waktu dapat
dilepaskan dalam bentuk letusan gunung api. Berbeda dengan gunung api, pada
sistem panas bumi konsentrasi panas ini bersifat kontinu. Namun demikian, pada
kebanyakan kasus, umumnya gunung api baik yang aktif maupun yang dormant, adalah sumber panas dari sistem panas bumi. Hal
ini ditemui di Indonesia
dimana umumnya sistem panas buminya adalah sistem hidrotermal yang berasosiasi
dengan pusat vulkanisme atau gunung api. Dalam hal ini, gunung api menjadi
penyuplai panas dari sistem panas bumi di dekatnya.
Oleh karena gunung api merupakan
sumber panas potensial dari suatu sistem panas bumi, maka daerah yang berada
pada jalur gunung api berpotensi besar memiliki sistem panas bumi temperatur
tinggi (di atas 225 Celcius). Itulah kenapa Indonesia yang dikenal berada pada
jalur cincin api (ring of fire) diklaim memiliki potensi panas bumi atau
geothermal terbesar di dunia.
Daerah lain yang berpotensi menjadi
sumber panas adalah: daerah dengan tekanan litostatik lebih besar dari normal
(misal pada geopressured system), daerah yang memiliki kapasitas
panas tinggi akibat peluruhan radioaktif yang terkandung di dalam batuan,
daerah yang memiliki magmatisme dangkal di bawah basemen. Namun pada
kasus-kasus ini, intensitas panasnya tidak sebesar panas dari gunung api.
2. Reservoir
Reservoir panas bumi adalah formasi
batuan di bawah permukaan yang mampu menyimpan dan mengalirkan fluida termal
(uap dan atau air panas). Reservoir biasanya merupakan batuan yang memiliki
porositas dan permeabilitas yang baik. Porositas berperan dalam menyimpan
fluida termal sedangkan permeabilitas berperan dalam mengalirkan fluida termal.
Reservoir panas bumi dicirikan oleh adanya kandungan Cl (klorida) yang tinggi dengan pH
mendekati normal, adanya pengayaan isotop oksigen pada fluida
reservoir jika dibandingkan dengan air meteorik (air hujan) namun di
saat bersamaan memiliki isotop deuterium yang sama atau mendekati air meteorik,
adanya lapisan konduktif yang menudungi reservoir tersebut di bagian atas,
dan adanya gradien temperatur yang tinggi dan relatif konstan terhadap
kedalaman.
Reservoir panas
bumi bisa saja ditudungi atau dikelilingi oleh lapisan batuan yang memiliki
permeabilitas sangat kecil (impermeable). Lapisan ini dikenal
sebagai lapisan penudung atau cap rock. Batuan penudung ini
umumnya terdiri dari minera-mineral lempung yang mampu mengikat air namun sulit
meloloskannya (swelling). Mineral-mineral lempung ini mengandung
ikatan-ikatan hidroksil dan ion-ion seperti Ka dan Ca sehingga menyebabkan
lapisan tersebut menjadi sangat konduktif. Sifat konduktif dari lapisan ini
bisa dideteksi dengan melakukan survei magneto-tellurik (MT) sehingga posisi
lapisan konduktif ini di bawah permukaan dapat terpetakan. Dengan mengetahui
posisi dari lapisan konduktif ini, maka posisi reservoir dapat diperkirakan,
karena reservoir panas bumi biasanya berada di bawah lapisan konduktif ini.
3. Daerah Resapan (Recharge)
Daerah resapan merupakan daerah
dimana arah aliran air tanah di tempat tersebut bergerak menjauhi muka
tanah. Dengan kata lain, air tanah di
daerah resapan bergerak menuju ke bawah permukaan bumi.
Dalam suatu
lapangan panas bumi, daerah resapan berada pada elevasi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan elevasi dari daerah dimana sumur-sumur produksi berada.
Daerah resapan juga ditandai dengan rata-rata resapan air tanah per tahun yang
bernilai tinggi.
Menjaga
kelestarian daerah resapan penting artinya dalam pengembangan suatu lapangan
panas bumi. Menjaga kelesatarian daerah resapan berarti juga menjaga
keberlanjutan hidup dari reservoir panas bumi untuk jangka panjang. Hal ini
karena daerah resapan yang terjaga dengan baik akan menopang tekanan di dalam
formasi reservoir karena adanya fluida yang mengisi pori di dalam reservoir secara berkelanjutan.
Menjaga kelestarian daerah resapan juga penting artinya bagi kelestarian
lingkungan hidup. Sehingga dari sini dapat dikatakan juga bahwa pengembangan
panas bumi bersahabat dengan lingkungan.
4. Daerah Discharge dengan Manifestasi Permukaan
Daerah luahan (discharge
area) merupakan daerah dimana arah aliran air tanah di tempat tersebut
bergerak menuju muka tanah. Dengan kata lain, air tanah di daerah luahan akan bergerak menuju ke atas
permukaan bumi. Daerah luahan pada sistem panas bumi ditandai dengan hadirnya
manifestasi di permukaan. Manifestasi permukaan adalah tanda-tanda yang tampak
di permukaan bumi yang menunjukkan adanya sistem panas bumi di bawah permukaan
di sekitar kemunculannya.
Manifestasi permukaan bisa keluar secara langsung (direct discharge) seperti mata air panas dan fumarola. Fumarola adalah uap panas (vapor) yang keluar melalui celah-celah batuan dengan kecepatan tinggi yang akhirnya berubah menjadi uap air (steam). Tingginya kecepatan dari fumarola sering kali menimbulkan bunyi bising.
Manifestasi permukaan juga bisa keluar secara terdifusi seperti pada kasus tanah beruap (steaming ground) dan tanah hangat (warm ground), juga bisa keluar secara intermittent seperti pada manifestasi geyser, dan juga bisa keluar secara tersembunyi seperti dalam bentuk rembesan di sungai.
Secara umum, manifetasi permukaan yang sering muncul pada sistem-sistem panas bumi di Indonesia adalah: mata air panas, fumarola, steaming ground, warm ground, kolam lumpur panas, solfatara, dan batuan teralterasi. Solfatara adalah uap air (steam) yang keluar melalui rekahan batuan yang bercampur dengan H2S, CO2, dan kadang juga SO2 serta dapat mengendapkan sulfur di sekitar rekahan tempat keluarnya. Sedangkan batuan teralterasi adalah batuan yang terubahkan karena adanya reaksi antara batuan tersebut dengan fluida panas bumi.
Manifestasi permukaan bisa keluar secara langsung (direct discharge) seperti mata air panas dan fumarola. Fumarola adalah uap panas (vapor) yang keluar melalui celah-celah batuan dengan kecepatan tinggi yang akhirnya berubah menjadi uap air (steam). Tingginya kecepatan dari fumarola sering kali menimbulkan bunyi bising.
Manifestasi permukaan juga bisa keluar secara terdifusi seperti pada kasus tanah beruap (steaming ground) dan tanah hangat (warm ground), juga bisa keluar secara intermittent seperti pada manifestasi geyser, dan juga bisa keluar secara tersembunyi seperti dalam bentuk rembesan di sungai.
Secara umum, manifetasi permukaan yang sering muncul pada sistem-sistem panas bumi di Indonesia adalah: mata air panas, fumarola, steaming ground, warm ground, kolam lumpur panas, solfatara, dan batuan teralterasi. Solfatara adalah uap air (steam) yang keluar melalui rekahan batuan yang bercampur dengan H2S, CO2, dan kadang juga SO2 serta dapat mengendapkan sulfur di sekitar rekahan tempat keluarnya. Sedangkan batuan teralterasi adalah batuan yang terubahkan karena adanya reaksi antara batuan tersebut dengan fluida panas bumi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar